Duduk termenung seorang wanita cantik nan anggun di teras rumah sembari menatap kosong lampu remang-remang di malam yang sunyi. Ialah Inggit Garnasih, seorang kembang desa pada masa itu. Terbangunlah ia dari lamunannya, saat suaminya, Sanusi, menyuruhnya untuk membuat kopi. Tentu saja untuk menemani malam terakhir mereka sebagai insan yang dipersatukan. “Aku lelah, tolong buatkan kopi secangkir. Kali ini kurangi gulanya,” ujar Sanusi tanpa menoleh sedikitpun. “Aku akan segera kembali,” balas Inggit seraya pergi menuju dapur. Selagi mengaduk kopi panas, Inggit berpikir apakah berpisah dengan Sanusi adalah keputusan yang tepat. Ia takut terhadap karma, namun benar adanya bahwa ia tak lagi mencintai Sanusi karena sudahlah hambar hidup rumah tangga mereka. Ditambah kehadiran seoran...
This page used to be a place where I post my experiences as an exchange student. Now, it becomes my quick escape page—sometimes, from this tiring life.