Skip to main content

Untuk Kalian yang Terkekang...

     Belakangan ini, rasanya cukup sulit untuk menerima diri sendiri apa adanya. Bergaul dengan orang banyak membuat kita terlalu membanding-bandingkan apa yang dimiliki dan apa yang tidak. Keterlaluan sebenarnya jika pada kenyataannya kita hanya berpura-pura menjadi diri sendiri saat berada di kerumunan. Namun saat berada di private place, kita malah menjadi orang yang tak karuan menyalahkan diri sendiri. 

Berkaca dari pengalaman sendiri.

    Tidak ada orang yang cukup sempurna untuk menjadi yang diinginkan orang lain. Begitu mudahnya diri ini untuk bersedih dan berpikir bahwa semuanya sudah salah sejak garis start. Melihat orang lain yang bisa berada di level yang lebih tinggi, lalu diri berkata; mengapa bukan aku?

    Putaran kehidupan selalu saja seperti itu. Selalu melihat siapa yang lebih di atas, serta melupakan hal yang seharusnya lebih penting. Mencintai diri sendiri. Kapan kita sadar bahwa level kehidupan setiap orang itu berbeda? Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mampu menetapkan standar kebahagiaan semua orang. Karena bahagia itu sendiri berawal dari jiwa yang menerima. Menerima segala hal, entah keadaan, fisik, mental, dan lain-lain. 

    Terkadang orang hanya melihat sisi yang dapat dilihat dengan mata dan hal itu memang benar bahwa mereka hanya melihat 1% cuplikan dari hidup kita. Mereka hanya melihat kesuksesan tanpa menyadari betapa sakitnya seseorang di balik layar wajah yang tersenyum. Jika kita terus melihat orang lain, lantas kapan kita akan bahagia? Kapan kita akan bersyukur atas apa yang sudah terjadi di hidup ini? Kenapa kita selalu ingin memutar waktu agar hal ini atau hal itu yang seharusnya terjadi? 

    Kembali tentang kebahagiaan. Satu dan lain orang memiliki standar yang berbeda-beda. Saya pernah membaca sebuah unggahan twitter"Ada yang mendapat uang sepuluh ribu saja sudah bahagia. Ada yang bisa membeli sendal saja sudah bahagia. Ada yang bahagia karena putus hubungan dengan kekasih. Bahkan ada orang-orang di luar sana yang bahagia walau hanya bisa membagi satu telur dadar untuk lima orang." 

    Memang dunia saat ini sudah dipenuhi oleh standar-standar duniawi. Standar kecantikan, kepintaran, bahkan kekayaan. Tidak dipungkiri bahwa banyak orang yang diserang oleh rasa anxiety atau biasa dibilang insecure, hanya karena melihat orang lain yang bisa memiliki apa yang dia tidak miliki. Saya pernah berada di posisi tersebut. Saya terus menyalahkan keadaan, kenapa dulu tidak begini, kenapa awalnya tidak memilih ini. Sampai detik ini saya menyadari bahwa awal yang saya telah lakukan ternyata tidak buruk juga. 

    Berada di titik di mana rasa malu menyelimuti diri karena tidak mampu mencapai ekspektasi orang lain terhadap saya. Beberapa orang berharap saya berada di tempat yang jauh lebih baik dan lebih berkelas dari yang sekarang (walaupun orang tua saya tidak pernah menuntut). Ekspektasi adalah suatu hal yang selalu saya hindari. Saya sudah sering diajarkan untuk "do not set the bar too high" karena jika tidak mendapatkannya, ujung-ujungnya hanya ada rasa kecewa. Saya terus mengejar hal tersebut tanpa memikirkan diri sendiri. Saya terlalu ingin orang lain puas terhadap pencapaian-pencapaian saya. Tapi kembali lagi ke pertanyaan: Apa diri ini akan bahagia jika berhasil mencapainya? 

    Sekarang, saya sudah cukup bahagia dengan kegiatan-kegiatan yang tentunya tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Berada di sekitar orang-orang yang sebenarnya juga memiliki kisah yang sama dengan saya. Perkuliahan memang ternyata berat, namun dengan menjalani hal yang sebenarnya saya suka; penelitian dan laboratorium; adalah satu hal yang setidaknya cukup membuat saya puas. Mengerjakan tugas dan dikejar deadline bukanlah sesuatu yang saya keluhkan karena memang jalan ini yang saya mau. Ekspektasi ini yang saya dambakan. Sudah berhenti menyalahkan diri dan sudah berhenti berusaha mengejar ekspektasi orang lain. Toh, mereka hanya melihat pencapaian tersebut tanpa tahu apakah saya akan bahagia dan nyaman di sana. Masalah pekerjaan dan cita-cita? Tenang, saya masih maba. 

    Sekali lagi saya tekankan untuk semua orang di luar sana yang masih berusaha dipandang orang, lari dan tenangkan dirimu. Hanya kamu dan jiwamu yang tahu apa yang sebenarnya membuatmu bahagia. Lari. Lari jika itu menyiksamu. Lari jika semua yang kamu lakukan adalah untuk orang lain. Hiduplah sebagaimana kamu merasa hidup. 


Maba Bioteknologi UB, 2020 (Sudah bahagia).

Comments

Popular posts from this blog

NATIONAL ORIENTATION and FAREWELL PARTY

Habis orientasi chapter, langsung cus ke ORIENTASI NASIONAL!! yeyyy!! Jadi di orienas ini, seluruh peserta YES, AFS, dan Kakehashi (program ke Jepang selama 6 bulan) dikumpulkan untuk mengikuti sesi-sesi pembekalan, dan tentunya untum mengadakan FAREWELL PARTY! Orienas ini diadakan selama 7 hari (bagi peserta YES) dan 6 hari (AFS) di TMII, Jakarta Timur. Untuk jadwal singkatnya seperti ini : Senin, 30 Juli 2018 : Lapor diri Selasa-Senin, 31 Juli-6 Agustus 2018 : Orientasi Nasional Sabtu, 4 Agustus 2018 : Farewell Party @Teater Pewayangan Kautaman TMII Mulai yuk ceritanya! Nasional ngasi tiket pesawat dari Malang - Jakarta tanggal 29 Juli. So, kami yang chapter Malang berangkat dari ABD Saleh. Nangis-nangisan? YAYALAH PASTI. Pisah sama temen-temen, keluarga, sahabat, pacar, mantan................ eh yogak ding. Yagitudehh sedih2an wkwk Habis ituu nyampe di Jakarta, aku sama Devi nginep di hotel di Jakpus. Nah, fyi nihh, untuk hotel tanggal 29-31 itu bayar sendiri dong. Nasion...

Part #2 Family Traditional Celebration: Thanksgiving

Langsung aja next, 2. Thanksgiving Family Dinner Thanksgiving selalu berkaitan sama unggas bernama kalkun. Sekitar 46 juta kalkun di Amerika terbunuh di bulan November, yaitu bulan Thanksgiving. Sediiihhh:(( Well kali ini gamau bahas tentang cara matinya kalkun yaa:( wkwkw Thanksgiving dirayakan dengan semua keluarga besar berkumpul di salah satu rumah, bisa dibilang makan besar. Meja makannya dibuat gede, trus semua jenis makanan tradisional Amerika tersedia. Saking setahun-sekali-nya acara Thanksgiving, keluarga disini nggak mikir panjang keluarin banyak uang buat beli bahan makanan dan masak semalaman. Bahkan sisa makanannya bisa dipake buat dinner seminggu selanjutnya😂 manteb ya😂 Nahh ini dokumentasi selama Thanksgiving! Cara masak kalkunnya agak aneh sih ahaha  Kalo pernah nonton Mr. Bean Thanksgiving pasti nyambung nih wkwkwk Jadi mereka masukin roti+kentang+sayur2an gituu trus pake bumbu khusu gatau namanya, trus dimasukin ke badannya si kalkun.. ...

Inggit Garnasih, Wanita Tanpa Pamrih

               Duduk termenung seorang wanita cantik nan anggun di teras rumah sembari menatap kosong lampu remang-remang di malam yang sunyi. Ialah Inggit Garnasih, seorang kembang desa pada masa itu. Terbangunlah ia dari lamunannya, saat suaminya, Sanusi, menyuruhnya untuk membuat kopi. Tentu saja untuk menemani malam terakhir mereka sebagai insan yang dipersatukan.             “Aku lelah, tolong buatkan kopi secangkir. Kali ini kurangi gulanya,” ujar Sanusi tanpa menoleh sedikitpun.              “Aku akan segera kembali,” balas Inggit seraya pergi menuju dapur.  Selagi mengaduk kopi panas, Inggit berpikir apakah berpisah dengan Sanusi adalah keputusan yang tepat. Ia takut terhadap  karma,  namun benar adanya bahwa ia tak lagi mencintai Sanusi karena sudahlah hambar hidup rumah tangga mereka. Ditambah kehadiran seoran...